SOCIAL MEDIA

"It's gonna be okay. No matter what the problem is. It's always nice to hear someone telling you 'it's gonna be okay'. I think it's not about how factual that statement is. But more about hearing what you want to hear when you just need the slightest hope"
-Diana Rikasari-


Sepertinya saya belum pernah cerita tentang seseorang yang nyata yang sangat berpengaruh dalam hidup saya di blog ini. Sebelum 2017 berakhir saya ingin cerita tentang orang yang sangat saya cintai, yang selalu menasehati dan saya rindukan. Dia adalah Femy Dianola, kakak saya, yang saat kecil saya panggil Cece, lalu sudah beranjak besar saya suka mengganti panggilannya sesuka hati saya, menjadi teteh, eseng, dan sekarang gondo. Saat kecil, saya dan Cece lebih sering bertengkar daripada main bersama. Pernah saya memukul dan mendorongnya hingga terjatuh dan benjol, maafkan Ce.

Lalu ketika Cece sudah SMP dan saya masih SD, kami sekamar. Pertengkaran fisik itu sudah tidak ada, tapi ngambekan tetap ada. Walaupun satu kamar dan satu kasur, tapi kalau sudah ngambek, kami tidak akan bertegur sapa, pernah sampai beberapa hari tidak bertegur sapa. Lalu Mama bertanya pada saya, belum ngobrol sama Cece? Saya jawab belum. Dan saya lupa bagaimana akhirnya kami baikan.

Ketika sudah SMA dan kuliah, kami semakin akrab, punya hobi yang sama, cita-cita yang sama, dan sama-sama putus cinta setelah bertahun-tahun pacaran. Kami selalu saling curhat tentang apa saja, tentang pengusaha sukses yang memulai karir dari bawah, tentang buku yang bisa memotivasi, tentang skin care, tentang wanita, tentang patah hati, tentang jatuh cinta, tentang drama korea, tentang running man, segalanya. Bukan berarti tidak pernah marahan lagi, namun karena sudah sedikit lebih dewasa, ketika marahan, kami bisa mengungkapkan kekesalan itu, lalu baikan.

Akhir 2016 ke 2017 adalah hari-hari terberat saya. Saya seperti kehilangan arah, saya kehilangan mental entrepreneur saya, pokoknya saat itu saya seperti seorang yang sangat-sangat kebingungan dan tak tau arah. Hari-hari saya lalui dengan tidur, bangun tidur, makan, dan nonton K-Drama. Kalau kata peribahasa "hidup segan, mati tak mampu". Alhamdulillah saya masih punya Cece, tempat berbagi cerita dan yang menasehati saya. Nasehatnya yang masih saya ingat "kamu ini sudah di usia, kamulah penanggung jawab segala keputusan yang kamu ambil, boleh bertanya pada orang lain, tapi keputusan tetap ditanganmu dan kamulah penanggung jawabnya".

Awal 2017 saya mulai menyelesaikan perasaan yang tersendat itu, saya berusaha bangkit dan memilih merantau ke Jakarta. Tentunya dengan dukungan dari Cece. Ternyata jarak membuat kami saling memberi motivasi dan menasehati. Dan kegalauan saya berlanjut. Nasehat berikutnya adalah "habiskan jatah galaumu". Cece sudah seperti obat penenang bagi saya, dia adalah orang terakhir tempat saya bercerita, dan selalu memberikan energi. Saya merasa lebih beruntung daripada Jonghyun karena masih punya iman dan orang tempat berbagi cerita suka dan duka.

Karena sebenarnya Suci Ramdasari itu adalah seorang yang rapuh dan melankolis. Bukan berarti saya tidak tau cara berdoa pada Yang Maha Kuasa. Tapi saya memang seseorang yang membutuhkan orang lain saat menentukan pilihan. Walaupun memang pilihan itu ada ditangan saya, tapi saya tetap butuh seseorang yang memberikan nasehat agar saya yakin dengan pilihan tersebut. Saya seseorang yang membutuhkan orang lain untuk mengatakan kalau saya bisa dan baik-baik saja. Dan Cece adalah orang yang tepat.

Terima kasih Ce, aku cinta mati sama kamu.


xoxo,
uciramda

My Dear

Monday, December 25, 2017

"It's gonna be okay. No matter what the problem is. It's always nice to hear someone telling you 'it's gonna be okay'. I think it's not about how factual that statement is. But more about hearing what you want to hear when you just need the slightest hope"
-Diana Rikasari-


Sepertinya saya belum pernah cerita tentang seseorang yang nyata yang sangat berpengaruh dalam hidup saya di blog ini. Sebelum 2017 berakhir saya ingin cerita tentang orang yang sangat saya cintai, yang selalu menasehati dan saya rindukan. Dia adalah Femy Dianola, kakak saya, yang saat kecil saya panggil Cece, lalu sudah beranjak besar saya suka mengganti panggilannya sesuka hati saya, menjadi teteh, eseng, dan sekarang gondo. Saat kecil, saya dan Cece lebih sering bertengkar daripada main bersama. Pernah saya memukul dan mendorongnya hingga terjatuh dan benjol, maafkan Ce.

Lalu ketika Cece sudah SMP dan saya masih SD, kami sekamar. Pertengkaran fisik itu sudah tidak ada, tapi ngambekan tetap ada. Walaupun satu kamar dan satu kasur, tapi kalau sudah ngambek, kami tidak akan bertegur sapa, pernah sampai beberapa hari tidak bertegur sapa. Lalu Mama bertanya pada saya, belum ngobrol sama Cece? Saya jawab belum. Dan saya lupa bagaimana akhirnya kami baikan.

Ketika sudah SMA dan kuliah, kami semakin akrab, punya hobi yang sama, cita-cita yang sama, dan sama-sama putus cinta setelah bertahun-tahun pacaran. Kami selalu saling curhat tentang apa saja, tentang pengusaha sukses yang memulai karir dari bawah, tentang buku yang bisa memotivasi, tentang skin care, tentang wanita, tentang patah hati, tentang jatuh cinta, tentang drama korea, tentang running man, segalanya. Bukan berarti tidak pernah marahan lagi, namun karena sudah sedikit lebih dewasa, ketika marahan, kami bisa mengungkapkan kekesalan itu, lalu baikan.

Akhir 2016 ke 2017 adalah hari-hari terberat saya. Saya seperti kehilangan arah, saya kehilangan mental entrepreneur saya, pokoknya saat itu saya seperti seorang yang sangat-sangat kebingungan dan tak tau arah. Hari-hari saya lalui dengan tidur, bangun tidur, makan, dan nonton K-Drama. Kalau kata peribahasa "hidup segan, mati tak mampu". Alhamdulillah saya masih punya Cece, tempat berbagi cerita dan yang menasehati saya. Nasehatnya yang masih saya ingat "kamu ini sudah di usia, kamulah penanggung jawab segala keputusan yang kamu ambil, boleh bertanya pada orang lain, tapi keputusan tetap ditanganmu dan kamulah penanggung jawabnya".

Awal 2017 saya mulai menyelesaikan perasaan yang tersendat itu, saya berusaha bangkit dan memilih merantau ke Jakarta. Tentunya dengan dukungan dari Cece. Ternyata jarak membuat kami saling memberi motivasi dan menasehati. Dan kegalauan saya berlanjut. Nasehat berikutnya adalah "habiskan jatah galaumu". Cece sudah seperti obat penenang bagi saya, dia adalah orang terakhir tempat saya bercerita, dan selalu memberikan energi. Saya merasa lebih beruntung daripada Jonghyun karena masih punya iman dan orang tempat berbagi cerita suka dan duka.

Karena sebenarnya Suci Ramdasari itu adalah seorang yang rapuh dan melankolis. Bukan berarti saya tidak tau cara berdoa pada Yang Maha Kuasa. Tapi saya memang seseorang yang membutuhkan orang lain saat menentukan pilihan. Walaupun memang pilihan itu ada ditangan saya, tapi saya tetap butuh seseorang yang memberikan nasehat agar saya yakin dengan pilihan tersebut. Saya seseorang yang membutuhkan orang lain untuk mengatakan kalau saya bisa dan baik-baik saja. Dan Cece adalah orang yang tepat.

Terima kasih Ce, aku cinta mati sama kamu.


xoxo,
uciramda
Gyeolhone daehayeo
Pernikahan adalah tentang
Joeun sarameul manna
Bertemu dengan orang yang baik
Joeun sarangeul hago
Memiliki cinta yang baik
Joeun jibeul gatneun geot
Dan membeli rumah yang bagus

Because This Is My First Life Ost Part 4 - Marriage by MoonMoon

Sebenarnya, apa arti pernikahan itu? Saya wanita yang sangat ingin menikah. Menurut agama saya, menikah adalah untuk menyempurnakan agama. Awalnya saya pikir hanya saya saja yang terlalu memikirkan pernikahan. Namun, ketika saya bertemu teman wanita yang juga single, mereka juga memiliki pernikahan dan suami impian, saat mereka menjelaskan, seperti tersirat harapan mungkin juga sebuah nama di dalam hati mereka. Keinginan menikah hanya pernah saya dengar dari sudut pandang teman wanita. Saya tidak pernah bertanya atau mendengar cerita pernikahan impian dari sudut pandang teman laki-laki.

Setelah menonton K-Drama Because This Is My First Life, saya mengetahui pandangan beberapa karakter laki-laki di drama tersebut tentang pernikahan. Saya tidak akan membahas tentang pernikahan impian saya, atau membahas alur cerita drama tersebut. Namun, saya akan membahas tentang pernikahan berdasarkan pemahaman yang saya dapatkan setelah menonton drama tersebut. Bukan tentang pernikahan secara agama atau suku budaya. Tapi tentang pernikahan secara rasional.

Nam Se-Hee, tidak ingin menikah, dia hanya ingin hidup dan meninggal bersama kucing peliharaannya dan di rumah yang dia cicil hampir seluruh hidupnya. Lalu Se-Hee memilih menikahi Yoon Ji-Ho karena dia merasa mereka sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing dan merasa nyaman satu sama lain, bukan karena cinta. Namun ternyata, mereka saling jatuh cinta, dan Se-Hee memilih menerima keputusan Ji-Hoo untuk bercerai sebelum dia sempat menyatakan cintanya. Kemudian dia menyadari dia sangat kehilangan sosok wanita yang dicintainya dan sangat merindukannya.

Ma Sang-Goo yang jatuh cinta dengan wanita yang tidak ingin menikah dan tidak ingin kehidupan pribadinya diganggu, Woo Soo-Ji. Tetap sabar, tetap mencintai, tetap menjaga, dan menghibur kekasihnya itu. Dia sangat peduli dan memberi pengertian pada kekasihnya arti pernikahan.

Sim Won-Seok, seseorang yang sudah berpacaran selama 7 tahun dan sangat mencintai kekasihnya, Yang Ho-Rang. Merasa belum siap menikahi kekasihnya. Sementara Ho-Rang sangat ingin menikah, dan Won-Seok merasa terbebani dengan impian kekasihnya itu. Menurut Won-Seok, pernikahan dan cinta adalah dua hal yang berbeda. Kemudian dia memilih berpisah dengan Ho-Rang, karena walaupun dia sangat mencintai Ho-Rang, dia tidak percaya diri bisa membahagiakan kekasihnya. Dia merasa terbebani karena harus merelakan impiannya.

Sebelum episode terakhir release, saya setuju dengan statement Won-Seok bahwa pernikahan dan cinta itu adalah dua hal yang berbeda. Pernikahan bukan tentang betapa aku mencintaimu, tetapi tentang bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat. Karena walaupun saya mencintai seseorang, mungkin orang tersebut belum tentu ingin menikahi saya. Mengapa orang yang pacaran 7 tahun harus menyatakan siap menikah setelah pacaran 7 tahun? Bahkan jika mereka tidak pacaran 7 tahun pun, jika mereka memang berjodoh, pasti akan bertemu di waktu tepat dengan cara yang tak pernah mereka sangka. Itulah mengapa saya mengatakan bahwa pernikahan itu tentang bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat.

Kemudian, setelah menonton dua episode terakhir. Saya mengubah pemahaman statement di atas. Nam Se-Hee yang merasa sangat kehilangan Ji-Ho menjual rumahnya karena berpikir tidak akan bisa bersama Ji-Ho lagi. Won-Seok yang menolak wanita yang memilihnya karena merasa pikiran dan hatinya masih untuk orang yang sama, Ho-Rang. Soo-Ji yang akhirnya mulai terbuka tentang kehidupan pribadinya dengan Song-Goo karena merasa nyaman dan dicintai.

Lalu, inilah kesimpulan saya, bahwa pernikahan itu ada karena aku mencintaimu. Karena aku mencintaimu, aku ingin hidup bersamamu. Ini adalah alasan paling rasional mengapa dua orang manusia menikah. Apapun agamanya, apapun suku dan budayanya. Seorang laki-laki akan menikahi wanita karena:
"Aku senang melihatmu tersenyum"
"Aku ingin membuatmu bahagia"
"Aku tidak bisa hidup tanpamu"

Karena jika bukan alasan rasional ini, suatu pernikahan tidak akan bisa bertahan. Mencintai seseorang bukan berarti tidak membencinya, hanya saja tak bisa. Mengapa harus pacaran 7 tahun dulu baru siap menikah? Karena seorang laki-laki butuh waktu, mental, juga materi untuk menyatakan bahwa dirinya bisa membahagiakan wanita yang dicintainya. Bahkan jika dia sangat mencintaimu, dia masih butuh waktu yang tepat untuk menyatakan ingin hidup bersamamu. Geothe mengatakan, tidak ada hal yang lebih fundamental berdasarkan kebahagiaan, kecuali pernikahan.


xoxo,
uciramda

Marriage

Saturday, December 2, 2017

Gyeolhone daehayeo
Pernikahan adalah tentang
Joeun sarameul manna
Bertemu dengan orang yang baik
Joeun sarangeul hago
Memiliki cinta yang baik
Joeun jibeul gatneun geot
Dan membeli rumah yang bagus

Because This Is My First Life Ost Part 4 - Marriage by MoonMoon

Sebenarnya, apa arti pernikahan itu? Saya wanita yang sangat ingin menikah. Menurut agama saya, menikah adalah untuk menyempurnakan agama. Awalnya saya pikir hanya saya saja yang terlalu memikirkan pernikahan. Namun, ketika saya bertemu teman wanita yang juga single, mereka juga memiliki pernikahan dan suami impian, saat mereka menjelaskan, seperti tersirat harapan mungkin juga sebuah nama di dalam hati mereka. Keinginan menikah hanya pernah saya dengar dari sudut pandang teman wanita. Saya tidak pernah bertanya atau mendengar cerita pernikahan impian dari sudut pandang teman laki-laki.

Setelah menonton K-Drama Because This Is My First Life, saya mengetahui pandangan beberapa karakter laki-laki di drama tersebut tentang pernikahan. Saya tidak akan membahas tentang pernikahan impian saya, atau membahas alur cerita drama tersebut. Namun, saya akan membahas tentang pernikahan berdasarkan pemahaman yang saya dapatkan setelah menonton drama tersebut. Bukan tentang pernikahan secara agama atau suku budaya. Tapi tentang pernikahan secara rasional.

Nam Se-Hee, tidak ingin menikah, dia hanya ingin hidup dan meninggal bersama kucing peliharaannya dan di rumah yang dia cicil hampir seluruh hidupnya. Lalu Se-Hee memilih menikahi Yoon Ji-Ho karena dia merasa mereka sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing dan merasa nyaman satu sama lain, bukan karena cinta. Namun ternyata, mereka saling jatuh cinta, dan Se-Hee memilih menerima keputusan Ji-Hoo untuk bercerai sebelum dia sempat menyatakan cintanya. Kemudian dia menyadari dia sangat kehilangan sosok wanita yang dicintainya dan sangat merindukannya.

Ma Sang-Goo yang jatuh cinta dengan wanita yang tidak ingin menikah dan tidak ingin kehidupan pribadinya diganggu, Woo Soo-Ji. Tetap sabar, tetap mencintai, tetap menjaga, dan menghibur kekasihnya itu. Dia sangat peduli dan memberi pengertian pada kekasihnya arti pernikahan.

Sim Won-Seok, seseorang yang sudah berpacaran selama 7 tahun dan sangat mencintai kekasihnya, Yang Ho-Rang. Merasa belum siap menikahi kekasihnya. Sementara Ho-Rang sangat ingin menikah, dan Won-Seok merasa terbebani dengan impian kekasihnya itu. Menurut Won-Seok, pernikahan dan cinta adalah dua hal yang berbeda. Kemudian dia memilih berpisah dengan Ho-Rang, karena walaupun dia sangat mencintai Ho-Rang, dia tidak percaya diri bisa membahagiakan kekasihnya. Dia merasa terbebani karena harus merelakan impiannya.

Sebelum episode terakhir release, saya setuju dengan statement Won-Seok bahwa pernikahan dan cinta itu adalah dua hal yang berbeda. Pernikahan bukan tentang betapa aku mencintaimu, tetapi tentang bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat. Karena walaupun saya mencintai seseorang, mungkin orang tersebut belum tentu ingin menikahi saya. Mengapa orang yang pacaran 7 tahun harus menyatakan siap menikah setelah pacaran 7 tahun? Bahkan jika mereka tidak pacaran 7 tahun pun, jika mereka memang berjodoh, pasti akan bertemu di waktu tepat dengan cara yang tak pernah mereka sangka. Itulah mengapa saya mengatakan bahwa pernikahan itu tentang bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat.

Kemudian, setelah menonton dua episode terakhir. Saya mengubah pemahaman statement di atas. Nam Se-Hee yang merasa sangat kehilangan Ji-Ho menjual rumahnya karena berpikir tidak akan bisa bersama Ji-Ho lagi. Won-Seok yang menolak wanita yang memilihnya karena merasa pikiran dan hatinya masih untuk orang yang sama, Ho-Rang. Soo-Ji yang akhirnya mulai terbuka tentang kehidupan pribadinya dengan Song-Goo karena merasa nyaman dan dicintai.

Lalu, inilah kesimpulan saya, bahwa pernikahan itu ada karena aku mencintaimu. Karena aku mencintaimu, aku ingin hidup bersamamu. Ini adalah alasan paling rasional mengapa dua orang manusia menikah. Apapun agamanya, apapun suku dan budayanya. Seorang laki-laki akan menikahi wanita karena:
"Aku senang melihatmu tersenyum"
"Aku ingin membuatmu bahagia"
"Aku tidak bisa hidup tanpamu"

Karena jika bukan alasan rasional ini, suatu pernikahan tidak akan bisa bertahan. Mencintai seseorang bukan berarti tidak membencinya, hanya saja tak bisa. Mengapa harus pacaran 7 tahun dulu baru siap menikah? Karena seorang laki-laki butuh waktu, mental, juga materi untuk menyatakan bahwa dirinya bisa membahagiakan wanita yang dicintainya. Bahkan jika dia sangat mencintaimu, dia masih butuh waktu yang tepat untuk menyatakan ingin hidup bersamamu. Geothe mengatakan, tidak ada hal yang lebih fundamental berdasarkan kebahagiaan, kecuali pernikahan.


xoxo,
uciramda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...