SOCIAL MEDIA

Bandung yang selalu memberikan rindu untuk ingin selalu kesana, membawa saya dan Ona berkeliling Kota Bandung pada Desember 2017 lalu. Keramahan Bandung tampak dari orang-orang disekelilingnya. Bagaimana Bandung menemani saya kala sunyi waktu itu.

Potret Bandung oleh Suci

Potret Suci oleh Ona 
Lokasi: Jalan Asia Afrika, Alun-Alun Kota Bandung, Lapangan Gasibu, dan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat.
Photograph by Suci Ramdasari and Rahmadona

Salam,
Suci Ramdasari

Potret Bandung

Tuesday, November 6, 2018

Bandung yang selalu memberikan rindu untuk ingin selalu kesana, membawa saya dan Ona berkeliling Kota Bandung pada Desember 2017 lalu. Keramahan Bandung tampak dari orang-orang disekelilingnya. Bagaimana Bandung menemani saya kala sunyi waktu itu.

Potret Bandung oleh Suci

Potret Suci oleh Ona 
Lokasi: Jalan Asia Afrika, Alun-Alun Kota Bandung, Lapangan Gasibu, dan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat.
Photograph by Suci Ramdasari and Rahmadona

Salam,
Suci Ramdasari
Semua orang punya pikirannya masing-masing. Tentang apa saja, pekerjaan, orang yang dicintai, kampung halaman, dan lain-lain. Mungkin juga ada yang tidak suka terlalu bawa pikiran, mungkin. Karena setiap pikiran hanya diri kita sendiri yang mengetahui. Begitu juga saya, semalam banyak sekali yang saya pikirkan, hingga susah sekali untuk tidur.

Hari ini saya ingin me time, dan terima kasih pada suami sudah mengizinkan. Saya merasa sangat nyaman di tengah keramaian Starbucks, hanya ada saya dan pikiran saya. Sebelumnya tidak pernah saya merasa senyaman ini sendirian di keramaian. Saya bisa membuat list yang ingin saya lakukan. Menuangkan semua yang saya pikirkan semalam ke dalam planner saya. Menulis resep masakan yang ingin saya masak. Menulis blog. Mencari inspirasi. Membaca. Rileks, nyaman, dengan segelas signature chocolate favorit saya.

Once more, thank you so much Hubby ❤️


Jakarta,
Suci Ramdasari

Saya dan Pikiran

Friday, October 12, 2018

Semua orang punya pikirannya masing-masing. Tentang apa saja, pekerjaan, orang yang dicintai, kampung halaman, dan lain-lain. Mungkin juga ada yang tidak suka terlalu bawa pikiran, mungkin. Karena setiap pikiran hanya diri kita sendiri yang mengetahui. Begitu juga saya, semalam banyak sekali yang saya pikirkan, hingga susah sekali untuk tidur.

Hari ini saya ingin me time, dan terima kasih pada suami sudah mengizinkan. Saya merasa sangat nyaman di tengah keramaian Starbucks, hanya ada saya dan pikiran saya. Sebelumnya tidak pernah saya merasa senyaman ini sendirian di keramaian. Saya bisa membuat list yang ingin saya lakukan. Menuangkan semua yang saya pikirkan semalam ke dalam planner saya. Menulis resep masakan yang ingin saya masak. Menulis blog. Mencari inspirasi. Membaca. Rileks, nyaman, dengan segelas signature chocolate favorit saya.

Once more, thank you so much Hubby ❤️


Jakarta,
Suci Ramdasari
Menikah. Hari yang sangat saya tunggu, akhirnya datang jua.

"Asa dan rasa yang sepertinya diijabah semesta. Dia yang sempat ada dalam do'a, lalu terlupa, kemudian ditemukan". - Suci Ramdasari

Sejak lama, sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama, ketika guru agama saya membahas perihal jodoh itu juga pilihan, sepertinya saya sudah memimpikan bertemu jodoh dengan cara yang tak pernah saya duga, namun waktu itu hanya mimpi yang berlalu saja. Ketika berumur 20 tahun saya memulai kembali impian pernikahan saya. Singkat cerita, hingga saya berumur 23 tahun namun jodoh itu belum juga ada, saya ikhlaskan kepada Allah bagaimana jadinya pertemuan saya dengan jodoh saya.

Banyak yang bertanya bagaimana pertemuan dan proses saya dengan suami, yang sebenarnya sampai detik ini pun kami masih tidak percaya sudah memiliki pasangan hidup. Hingga hampir setiap hari mengucapkan terima kasih karena sudah mau.

Awal 2017, saya merasa sangat rindu dengan jodoh saya. Saya selalu sematkan dalam do'a agar segera dipertemukan dengan jodoh. Hingga saat saya memilih merantau ke Jakarta, tanggal 17 Februari 2017 ketika di perjalanan menuju Jakarta, saya niatkan "Ya Allah, sengaja aku ke Jakarta untuk mencari kerja dan mencari jodoh". Hari terus berlalu hingga 2017 pun hampir berlalu, dan tampaknya jodoh belum menampakkan dirinya.

Menuju 2018, saya introspeksi diri, saya tambahkan do'a, saya ikhlaskan diri, saya ikhlaskan masa lalu, dan bismillah semoga 2018 bisa bertemu jodoh dan menikah, begitu resolusi 2018 saya. Awal Februari 2018, ada teman pria di kantor yang sepertinya sedang mendekati saya. Dalam hati berkata "ah mungkin dia sedang bercanda". Hari demi hari tampaknya dia tidak bercanda, namun dia juga tidak pernah chat pribadi seperti bertanya lagi apa dan basa basi lainnya. Kami hanya berbicara ketika makan siang bersama dan bertemu ketika akan atau selesai shalat ashar di Masjid. Dan ada perubahan yang dia lakukan, dia mengikuti sosial media saya dan melihat aktifitas sosial media saya. Saya terus bertanya di dalam hati, "apakah dia serius atau sedang bercanda". Akhirnya pertanyaan ini saya tujukan kepada Sang Pemilik Hati bukan kepada dia.

Seperti pada kalimat saya "asa dan rasa sepertinya diijabah semesta". Do'a saya perihal bertanya tentang dia serius atau bercanda diijabah. Tanggal 17 Februari 2018, tepat 1 tahun saya berniat bertemu jodoh di Jakarta. Dia meminta izin melalui WhatsApp kepada Mama untuk melakukan pendekatan dengan saya. Yang akhirnya dia, Mama, dan saya bertemu keesokan harinya untuk menyatakan dia serius, tidak sedang bercanda, dan mohon izin untuk melakukan pendekatan (kebetulan waktu itu Mama sedang di Jakarta). Begitulah proses saya dan suami dimulai. Kurang lebih sebulan setelah hari itu, suami menelepon Papa yang berada di Padang untuk minta izin ingin melamar. Awal Mei 2018, kami lamaran di Padang, singkat, cepat, lancar, dan tidak ada hambatan, alhamdulillah. Kami mulai menyiapkan semua kebutuhan pernikahan. Semua proses lancar dan dimudahkan Allah. Lalu, 16 September 2018 kami menikah.

Banyak yang bilang proses perkenalan saya dan suami hingga menikah cukup singkat. Yaa begitulah, saya dan suami pun tidak menyangka. Ternyata jodoh saya hanya berjarak 3 meja dari meja kerja saya.

Sekian kisah saya, semoga yang sedang merindukan jodoh bisa lebih ikhlas hingga waktunya tiba, tetap dalam do'a semoga segera.

Kunjungi juga www.sucieko.com ya, ada kisah perjalanan saya dan suami :)


Jakarta,
Suci Ramdasari

Suci Menikah

Wednesday, October 10, 2018

Menikah. Hari yang sangat saya tunggu, akhirnya datang jua.

"Asa dan rasa yang sepertinya diijabah semesta. Dia yang sempat ada dalam do'a, lalu terlupa, kemudian ditemukan". - Suci Ramdasari

Sejak lama, sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama, ketika guru agama saya membahas perihal jodoh itu juga pilihan, sepertinya saya sudah memimpikan bertemu jodoh dengan cara yang tak pernah saya duga, namun waktu itu hanya mimpi yang berlalu saja. Ketika berumur 20 tahun saya memulai kembali impian pernikahan saya. Singkat cerita, hingga saya berumur 23 tahun namun jodoh itu belum juga ada, saya ikhlaskan kepada Allah bagaimana jadinya pertemuan saya dengan jodoh saya.

Banyak yang bertanya bagaimana pertemuan dan proses saya dengan suami, yang sebenarnya sampai detik ini pun kami masih tidak percaya sudah memiliki pasangan hidup. Hingga hampir setiap hari mengucapkan terima kasih karena sudah mau.

Awal 2017, saya merasa sangat rindu dengan jodoh saya. Saya selalu sematkan dalam do'a agar segera dipertemukan dengan jodoh. Hingga saat saya memilih merantau ke Jakarta, tanggal 17 Februari 2017 ketika di perjalanan menuju Jakarta, saya niatkan "Ya Allah, sengaja aku ke Jakarta untuk mencari kerja dan mencari jodoh". Hari terus berlalu hingga 2017 pun hampir berlalu, dan tampaknya jodoh belum menampakkan dirinya.

Menuju 2018, saya introspeksi diri, saya tambahkan do'a, saya ikhlaskan diri, saya ikhlaskan masa lalu, dan bismillah semoga 2018 bisa bertemu jodoh dan menikah, begitu resolusi 2018 saya. Awal Februari 2018, ada teman pria di kantor yang sepertinya sedang mendekati saya. Dalam hati berkata "ah mungkin dia sedang bercanda". Hari demi hari tampaknya dia tidak bercanda, namun dia juga tidak pernah chat pribadi seperti bertanya lagi apa dan basa basi lainnya. Kami hanya berbicara ketika makan siang bersama dan bertemu ketika akan atau selesai shalat ashar di Masjid. Dan ada perubahan yang dia lakukan, dia mengikuti sosial media saya dan melihat aktifitas sosial media saya. Saya terus bertanya di dalam hati, "apakah dia serius atau sedang bercanda". Akhirnya pertanyaan ini saya tujukan kepada Sang Pemilik Hati bukan kepada dia.

Seperti pada kalimat saya "asa dan rasa sepertinya diijabah semesta". Do'a saya perihal bertanya tentang dia serius atau bercanda diijabah. Tanggal 17 Februari 2018, tepat 1 tahun saya berniat bertemu jodoh di Jakarta. Dia meminta izin melalui WhatsApp kepada Mama untuk melakukan pendekatan dengan saya. Yang akhirnya dia, Mama, dan saya bertemu keesokan harinya untuk menyatakan dia serius, tidak sedang bercanda, dan mohon izin untuk melakukan pendekatan (kebetulan waktu itu Mama sedang di Jakarta). Begitulah proses saya dan suami dimulai. Kurang lebih sebulan setelah hari itu, suami menelepon Papa yang berada di Padang untuk minta izin ingin melamar. Awal Mei 2018, kami lamaran di Padang, singkat, cepat, lancar, dan tidak ada hambatan, alhamdulillah. Kami mulai menyiapkan semua kebutuhan pernikahan. Semua proses lancar dan dimudahkan Allah. Lalu, 16 September 2018 kami menikah.

Banyak yang bilang proses perkenalan saya dan suami hingga menikah cukup singkat. Yaa begitulah, saya dan suami pun tidak menyangka. Ternyata jodoh saya hanya berjarak 3 meja dari meja kerja saya.

Sekian kisah saya, semoga yang sedang merindukan jodoh bisa lebih ikhlas hingga waktunya tiba, tetap dalam do'a semoga segera.

Kunjungi juga www.sucieko.com ya, ada kisah perjalanan saya dan suami :)


Jakarta,
Suci Ramdasari

Sebenarnya ide tulisan dengan judul ini sudah terfikirkan oleh saya sejak awal Januari. Tapi ide ini tersendat karena bingung bagaimana harus mengembangkan judul ini menjadi paragraf. Lalu Sabtu kemaren saya diajak Tisa ikut bookasession yang diadakan oleh @bookabukucom yang langsung saya iyakan karena pertama free, kedua karena bosan Sabtu di kosan terus. Dari sesi tersebut saya mendapatkan tambahan insprasi untuk pengembangan judul ini menjadi paragraf.

Topik dari sesi itu adalah passion and perseverance. Dimana passion itu sepertinya sudah agak lama saya lupakan. Sebenarnya passion itu apa sih? Saya sendiri belum mengetahuinya dengan pasti. Tapi yang pasti menurut kacamata saya yang sangat awam, passion itu hanya profesi. Orang-orang yang sudah mengetahui passionnya, pasti sangat bergairah agar passion itu bisa menjadi profesi. Bahkan ada quotenya "pekerjaan yang paling enak adalah hobi yang dibayar". Dan passion, sepertinya sangat berpengaruh untuk judul ini.

/ker.ja/n sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian (KBBI). Empat tahun lalu, saya mengklaim pada orang tua saya, saya tidak ingin bekerja pada orang lain, saya inginnya jadi pengusaha. Namun nyatanya saat ini, saya bekerja untuk orang lain, saya bekerja untuk membantu mewujudkan mimpi orang lain. Empat tahun lalu, saya berfikir bahwa orang yang bekerja untuk orang lain itu tidak keren. Namun nyatanya saat ini, saya menikmati saja bekerja untuk orang lain. Saya menyadari, pikiran saya empat tahun lalu itu sangat salah, tidak ada yang salah dengan kerja bukan? Selama itu halal dan tidak membebani dirinya sendiri, bahkan sebenarnya kerja itu harus. Karena kita membutuhkan uang untuk bertahan hidup, salah satu caranya ya kerja. Dan mungkin saja kerja untuk beberapa orang menjadi passionnya. Saat ini saya menyadari, mereka yang bekerja dengan posisi dan gaji yang tinggi itu juga keren. Pasti untuk mendapatkan itu, mereka butuh proses yang tidak sebentar juga.

/usa.ha/n kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung) (KBBI). Apakah semua orang yang membuka usaha menjadi pengusaha? Tidak. Tapi semua orang bisa memulai untuk membuka usaha, selama punya modal dan niat, ya bisa-bisa saja. Orang yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan pada orang lain, pasti mencoba untuk berjualan. Atau yang sudah bosan bekerja di kantor mikirnya "bagusnya buka usaha apa ya?". Tapi semua yang bisa membuka usaha, tidak akan semuanya juga bisa menjadi pengusaha. Mereka yang bisa berinovasi, yang berani mengambil resiko, dan mengembangkan usahanya itulah pengusaha. Mungkin juga menjadi pengusaha itu adalah passionnya, sehingga mereka bisa.

/kar.ya/n 1. pekerjaan; 2. hasil perbuatan, buatan, ciptaan (KBBI). Sebenarnya menurut saya, orang yang paling keren itu adalah orang yang bisa meng-uang-kan karyanya. Seperti yang saya tulis di paragraf dua, mungkin ini yang dimaksud hobi yang dibayar. Tapi sesungguhnya, yang tidak kita ketahui, jalan berliku dan terjal seperti apa yang mereka lalui untuk bisa seperti itu. Mungkin karena alasan itulah mengapa orang-orang ini saya anggap sangat keren. Mereka sanggup mengambil keputusan dan tindakan untuk menghasilkan karya yang mereka inginkan, meninggalkan pekerjaan, lalu bahagia.

Orang yang bekerja pada orang lain dengan posisi dan gaji yang tinggi, sesungguhnya mereka punya beban dan tanggung jawab yang sangat tinggi. Orang yang bekerja dengan posisi yang bisa dianggap rendah atau pedagang kaki lima, mereka tetap semangat untuk tetap bekerja karena mereka harus makan dan menghidupi keluarga mereka. Seorang pengusaha, atau seorang yang berkarya, mungkin butuh waktu yang lama, konflik yang rumit, proses yang tidak mudah dan berliku hingga mereka bisa dikenal. Seperti quote yang saya lupa saya dapatkan darimana "tidak perlu iri pada rezeki orang lain, kamu tidak tau apa yang telah diambil darinya". Sekarang menurut saya, apapun pekerjaannya, apapun yang mereka jual, siapapun yang berani membuat karya. Menurut saya, mereka semua keren.


xoxo,
uciramda

Bicara Tentang Kerja, Pengusaha, dan Karya

Sunday, January 28, 2018

Sebenarnya ide tulisan dengan judul ini sudah terfikirkan oleh saya sejak awal Januari. Tapi ide ini tersendat karena bingung bagaimana harus mengembangkan judul ini menjadi paragraf. Lalu Sabtu kemaren saya diajak Tisa ikut bookasession yang diadakan oleh @bookabukucom yang langsung saya iyakan karena pertama free, kedua karena bosan Sabtu di kosan terus. Dari sesi tersebut saya mendapatkan tambahan insprasi untuk pengembangan judul ini menjadi paragraf.

Topik dari sesi itu adalah passion and perseverance. Dimana passion itu sepertinya sudah agak lama saya lupakan. Sebenarnya passion itu apa sih? Saya sendiri belum mengetahuinya dengan pasti. Tapi yang pasti menurut kacamata saya yang sangat awam, passion itu hanya profesi. Orang-orang yang sudah mengetahui passionnya, pasti sangat bergairah agar passion itu bisa menjadi profesi. Bahkan ada quotenya "pekerjaan yang paling enak adalah hobi yang dibayar". Dan passion, sepertinya sangat berpengaruh untuk judul ini.

/ker.ja/n sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian (KBBI). Empat tahun lalu, saya mengklaim pada orang tua saya, saya tidak ingin bekerja pada orang lain, saya inginnya jadi pengusaha. Namun nyatanya saat ini, saya bekerja untuk orang lain, saya bekerja untuk membantu mewujudkan mimpi orang lain. Empat tahun lalu, saya berfikir bahwa orang yang bekerja untuk orang lain itu tidak keren. Namun nyatanya saat ini, saya menikmati saja bekerja untuk orang lain. Saya menyadari, pikiran saya empat tahun lalu itu sangat salah, tidak ada yang salah dengan kerja bukan? Selama itu halal dan tidak membebani dirinya sendiri, bahkan sebenarnya kerja itu harus. Karena kita membutuhkan uang untuk bertahan hidup, salah satu caranya ya kerja. Dan mungkin saja kerja untuk beberapa orang menjadi passionnya. Saat ini saya menyadari, mereka yang bekerja dengan posisi dan gaji yang tinggi itu juga keren. Pasti untuk mendapatkan itu, mereka butuh proses yang tidak sebentar juga.

/usa.ha/n kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung) (KBBI). Apakah semua orang yang membuka usaha menjadi pengusaha? Tidak. Tapi semua orang bisa memulai untuk membuka usaha, selama punya modal dan niat, ya bisa-bisa saja. Orang yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan pada orang lain, pasti mencoba untuk berjualan. Atau yang sudah bosan bekerja di kantor mikirnya "bagusnya buka usaha apa ya?". Tapi semua yang bisa membuka usaha, tidak akan semuanya juga bisa menjadi pengusaha. Mereka yang bisa berinovasi, yang berani mengambil resiko, dan mengembangkan usahanya itulah pengusaha. Mungkin juga menjadi pengusaha itu adalah passionnya, sehingga mereka bisa.

/kar.ya/n 1. pekerjaan; 2. hasil perbuatan, buatan, ciptaan (KBBI). Sebenarnya menurut saya, orang yang paling keren itu adalah orang yang bisa meng-uang-kan karyanya. Seperti yang saya tulis di paragraf dua, mungkin ini yang dimaksud hobi yang dibayar. Tapi sesungguhnya, yang tidak kita ketahui, jalan berliku dan terjal seperti apa yang mereka lalui untuk bisa seperti itu. Mungkin karena alasan itulah mengapa orang-orang ini saya anggap sangat keren. Mereka sanggup mengambil keputusan dan tindakan untuk menghasilkan karya yang mereka inginkan, meninggalkan pekerjaan, lalu bahagia.

Orang yang bekerja pada orang lain dengan posisi dan gaji yang tinggi, sesungguhnya mereka punya beban dan tanggung jawab yang sangat tinggi. Orang yang bekerja dengan posisi yang bisa dianggap rendah atau pedagang kaki lima, mereka tetap semangat untuk tetap bekerja karena mereka harus makan dan menghidupi keluarga mereka. Seorang pengusaha, atau seorang yang berkarya, mungkin butuh waktu yang lama, konflik yang rumit, proses yang tidak mudah dan berliku hingga mereka bisa dikenal. Seperti quote yang saya lupa saya dapatkan darimana "tidak perlu iri pada rezeki orang lain, kamu tidak tau apa yang telah diambil darinya". Sekarang menurut saya, apapun pekerjaannya, apapun yang mereka jual, siapapun yang berani membuat karya. Menurut saya, mereka semua keren.


xoxo,
uciramda

Ini postingan pertama saya di tahun 2018. Tadinya ingin jadi postingan terakhir di 2017, lalu ada ajakan dari seorang kawan yang tidak ingin saya tolak, jadi saya menunda posting blog saja akhirnya.

Agak melenceng dari judul, boleh ya saya sedikit throw back 2017 di satu paragraf ini. Hmm 2017, jika saya throw back, hidup saya biasa saja dan tak banyak pencapaian berharga di tahun lalu. Sedih. Tapi seharusnya saya tidak membicarakan hasil, karena hasil yang bagus itu hadiah dari perjuangan proses yang baik. Mungkin 2017 saya belum mendapatkan hasil, karena di tahun lalu adalah waktu dimana saya sedang bertumbuh (pikir saya). Iya bertumbuh, bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik (wishlist). Awal 2017 adalah hari-hari tergalau saya, bahkan hingga pertengahan 2017 masih galau. Alhamdulillah akhir Juli Allah menjawab do'a dan membuka mata saya untuk belajar memperbaiki diri. Saya menemukan banyak cara untuk memperbaiki proses saya saat bertumbuh, yang membuat saya berenergi untuk siap menjalani 2018.

Bismillah 2018.
Di tahun ini, saya juga ingin bisa menulis caption seperti Raisa "upload foto sendiri dengan perasaan yang disimpan sendiri, penuh haru, penuh syukur, untuk tahun 2018 yang luar biasa. Cuma bisa bilang, tahun ini jauh lebih indah dari segala yang saya bisa unggah di social media. Alhamdulillah".

Jadi akhir 2017 saya menulis resolusi 2018 saya di story instagram. Yaitu: 1. lebih bahagia, 2. sehat jasmani dan rohani, 3. bertemu jodoh, 4. menjadi Suci Ramdasari. Ini adalah resolusi secara garis besar dari 14 resolusi yang saya tulis di planner saya. Poin 2, 3, 4 adalah untuk mencapai poin 1 "lebih bahagia". Poin 1, 2, 3 untuk menjadi poin 4 yaitu "menjadi Suci Ramdasari"

Minggu-minggu terakhir 2017, saya membaca review sebuah buku yang berjudul The Happiness Project karya Gretchen Rubin. Karena saya sudah merasa kurang bahagia sejak pertengahan 2017, lalu menemukan review ini membuat saya semangat. Hingga menjadikannya resolusi 2018. Sebenarnya saya masih baca setengahnya, tapi masih setengah bacaan saja buku ini sudah sangat membantu saya. Menjadi lebih bahagia adalah tujuan Gretchen, begitu juga dengan saya.

Lalu mengapa poin 2, 3, 4 untuk mencapai poin 1 "lebih bahagia"? Karena untuk bahagia, saya membutuhkan poin 2, tubuh yang sehat agar saya bisa berenergi untuk menjalani hari-hari, tentu saja hati dan jiwa juga harus sehat agar kebahagiaan itu menjadi balance untuk dunia dan akhirat. Poin 3, poin yang sebenarnya saya butuhkan sejak lama (kode banget ya Allah T.T). Geothe mengatakan, tidak ada hal yang lebih fundamental berdasarkan kebahagiaan, kecuali pernikahan. Apalagi saya seorang yang selalu suka bercerita pada orang yang nyaman tentang suka duka hidup saya, yang pasti akan mencapai poin 1 itu. Poin 4, menurut Gretchen, menjadi diri sendiri, melakukan apa yang ingin dilakukan, akan menjadi bahagia. Walaupun tidak semua orang berkesempatan bisa melakukan apa yang ingin dia lakukan, tapi saya ingin mencoba.

Lalu mengapa poin 1, 2, 3 menjadi poin 4? Karena poin 1, 2, 3 adalah proses untuk saya bertumbuh agar bisa menjadi poin 4 "menjadi Suci Ramdasari", Suci Ramdasari yang lebih baik, yang lebih bahagia, dan lebih bersyukur. Lebih daripada itu, saya tidak ingin mengingkari kehidupan yang sudah saya miliki. Saya ingin mengubah hidup tanpa mengubah kehidupan saya (The Happiness Project, hal xxii).

Bismillah 2018, semoga bahagia.


xoxo,
uciramda

Bismillah 2018

Monday, January 1, 2018

Ini postingan pertama saya di tahun 2018. Tadinya ingin jadi postingan terakhir di 2017, lalu ada ajakan dari seorang kawan yang tidak ingin saya tolak, jadi saya menunda posting blog saja akhirnya.

Agak melenceng dari judul, boleh ya saya sedikit throw back 2017 di satu paragraf ini. Hmm 2017, jika saya throw back, hidup saya biasa saja dan tak banyak pencapaian berharga di tahun lalu. Sedih. Tapi seharusnya saya tidak membicarakan hasil, karena hasil yang bagus itu hadiah dari perjuangan proses yang baik. Mungkin 2017 saya belum mendapatkan hasil, karena di tahun lalu adalah waktu dimana saya sedang bertumbuh (pikir saya). Iya bertumbuh, bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik (wishlist). Awal 2017 adalah hari-hari tergalau saya, bahkan hingga pertengahan 2017 masih galau. Alhamdulillah akhir Juli Allah menjawab do'a dan membuka mata saya untuk belajar memperbaiki diri. Saya menemukan banyak cara untuk memperbaiki proses saya saat bertumbuh, yang membuat saya berenergi untuk siap menjalani 2018.

Bismillah 2018.
Di tahun ini, saya juga ingin bisa menulis caption seperti Raisa "upload foto sendiri dengan perasaan yang disimpan sendiri, penuh haru, penuh syukur, untuk tahun 2018 yang luar biasa. Cuma bisa bilang, tahun ini jauh lebih indah dari segala yang saya bisa unggah di social media. Alhamdulillah".

Jadi akhir 2017 saya menulis resolusi 2018 saya di story instagram. Yaitu: 1. lebih bahagia, 2. sehat jasmani dan rohani, 3. bertemu jodoh, 4. menjadi Suci Ramdasari. Ini adalah resolusi secara garis besar dari 14 resolusi yang saya tulis di planner saya. Poin 2, 3, 4 adalah untuk mencapai poin 1 "lebih bahagia". Poin 1, 2, 3 untuk menjadi poin 4 yaitu "menjadi Suci Ramdasari"

Minggu-minggu terakhir 2017, saya membaca review sebuah buku yang berjudul The Happiness Project karya Gretchen Rubin. Karena saya sudah merasa kurang bahagia sejak pertengahan 2017, lalu menemukan review ini membuat saya semangat. Hingga menjadikannya resolusi 2018. Sebenarnya saya masih baca setengahnya, tapi masih setengah bacaan saja buku ini sudah sangat membantu saya. Menjadi lebih bahagia adalah tujuan Gretchen, begitu juga dengan saya.

Lalu mengapa poin 2, 3, 4 untuk mencapai poin 1 "lebih bahagia"? Karena untuk bahagia, saya membutuhkan poin 2, tubuh yang sehat agar saya bisa berenergi untuk menjalani hari-hari, tentu saja hati dan jiwa juga harus sehat agar kebahagiaan itu menjadi balance untuk dunia dan akhirat. Poin 3, poin yang sebenarnya saya butuhkan sejak lama (kode banget ya Allah T.T). Geothe mengatakan, tidak ada hal yang lebih fundamental berdasarkan kebahagiaan, kecuali pernikahan. Apalagi saya seorang yang selalu suka bercerita pada orang yang nyaman tentang suka duka hidup saya, yang pasti akan mencapai poin 1 itu. Poin 4, menurut Gretchen, menjadi diri sendiri, melakukan apa yang ingin dilakukan, akan menjadi bahagia. Walaupun tidak semua orang berkesempatan bisa melakukan apa yang ingin dia lakukan, tapi saya ingin mencoba.

Lalu mengapa poin 1, 2, 3 menjadi poin 4? Karena poin 1, 2, 3 adalah proses untuk saya bertumbuh agar bisa menjadi poin 4 "menjadi Suci Ramdasari", Suci Ramdasari yang lebih baik, yang lebih bahagia, dan lebih bersyukur. Lebih daripada itu, saya tidak ingin mengingkari kehidupan yang sudah saya miliki. Saya ingin mengubah hidup tanpa mengubah kehidupan saya (The Happiness Project, hal xxii).

Bismillah 2018, semoga bahagia.


xoxo,
uciramda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...